Monday, December 19, 2011

Selamatkan Bumi Tercinta dengan Earth Hour 60+


Hari demi hari tanpa kita sadari, kita semakin terancam dengan dampak global warming. Cuaca yang sudah tidak bisa diprediksi, permukaan air laut yang makin naik karena es di kutub mencair hingga makin parahnya penggundulan hutan secara besar-besaran sangat mengancam kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita nantinya. Emisi karbon yang mampu melubangi lapisan ozon adalah salah satu penyebabnya. Sebagian dari emisi karbon ini adalah hasil dari penggunaan listrik. Coba bayangkan berapa emisi karbon yang terbuang ke udara setiap harinya apabila hampir di seluruh penjuru dunia bergantung dengan adanya listrik. Oleh karena itu, WWF merancang sebuah kegiatan Earth Hour 60+ untuk meningkatkan kesadaran masyarakat global akan pentingnya menghemat penggunaan listrik yang notabene adalah penyumbang emisi karbon terbesar ke udara. Earth Hour 60+ adalah sebuah kegiatan mematikan listrik selama satu jam yang pertama kali diadakan pada tahun 2007 silam.

Earth Hour 60+ yang baru-baru ini diadakan kembali tepatnya pada tanggal 26 Maret 2011 ternyata mendapat perhatian dari kota - kota besar di dunia. Kota - kota besar di dunia ini ikut berpartisipasi dengan mematikan listrik secara serentak pada pukul 20.30 - 21.30 malam. Hal ini sebagai simbol bahwa kota - kota besar di dunia ini juga sadar akan kelangsungan bumi kita tercinta ini dan sebagai simbol dukungan pada kegiatan Earth Hour 60+ ini.


Patung  “Christ the Redeemer” yang jadi icon kota Rio de Janeiro terlihat gelap saat Earth Hour 60+ 2011 



 Negara yang sedang “giat” membangun berbagai landmark dan gedung pencakar langit ini, berhasil mencapai rekor penghematan energi saat Earth Hour 60+ 2011 kali ini. Dubai Electricity and Water Authority (DEWA) mengumumkan bahwa tahun ini mereka berhasil menghemat 204.000kW/h dan 122.000 kg emisi karbon.



 Hong Kong yang biasanya bertabur cahaya meriah pun ikut memadamkan listrik selama satu jam. Gadung pemerintahan, semua universitas, 320 buah sekolah, dan sekitar 3200 perusahaan ikut serta dalam Earth Hour 60+ 2011

Tak mau ketinggalan ibukota kita tercinta, Jakarta juga ikut serta mendukung acara Earth Hour 60+ ini. Dengan berpartisipasi mematikan listrik di jalanan utama dan tempat-tempat penting ibukota. Selain di Jakarta, banyak kota-kota lain di Indonesia yang juga ikut berpartisipasi untuk mematikan listrik selama satu jam. Di Indonesia saja, hasil dari Earth Hour 2011 kemarin PLN berhasil melakukan penghematan sampai 170MW (apabila dikonversi ke rupiah mencapai Rp 1,4 miliar). Bayangkan banyaknya energi yang dapat dihemat apabila kegiatan ini dilakukan seminggu sekali atau sekali sehari.

Suasana sekitar bundaran HI yang biasanya terang benderang mendadak gelap untuk mendukung kegiatan Earth Hour 60+ 


Kegiatan Earth Hour 60+ yang bertujuan untuk menghemat energi dan menyadarkan masyarakat global akan lingkungan seharusnya tidak hanya dilakukan satu tahun sekali. Mungkin kegiatan ini dapat dieksplor lagi dan dapat dijadikan gaya hidup oleh masyarakat dunia, sehingga diharapkan mampu menghemat energi yang makin lama makin sedikit dan mampu meminimalisir dampak global warming yang semakin hari semakin mengancam. Cintai bumi kita dan Be a greenaration !
Saturday, December 17, 2011

"Ibu mencintai kita seolah tak ada hari esok, sementara kita terus berjanji akan membahagiakannya besok atau nanti, jika sudah selesai dengan diri kita sendiri. Mungkin kita berjanji—diucapkan atau sekadar pada diri sendiri—akan membelikannya rumah megah, mobil mewah, atau memberangkatkannya naik haji. Tapi kapankah akan terjadi? Entahlah, tidak ada yang tahu. Sementara ibu kita terus menyayangi dan mencintai kita dengan luar biasa, meski dengan cara-cara sederhana. Mendoakan kita, mencium atau tersenyum. Kita? Entahlah. Barangkali takdir kedua kita sebagai anak adalah (mengaku) mencintai ibu kita, dengan pembuktian-pembuktian yang selalu tertunda." 

(Fahd Djibran, kuntawiaji.tumblr.com)


SI (is) AWESOME

Sistem Informasi ITS. Mungkin banyak yang asing mendengarnya saat saya memperkenalkan tempat dimana kini saya menuntut ilmu. Orang awam memang tidak bisa membedakan antara Teknik Informatika dan Sistem Informasi. Apalagi bisa dibilang Sistem Informasi adalah jurusan termuda di Institut Teknologi Sepuluh Nopember saat ini. Tetapi jurusan termuda bukan berarti jurusan terjelek pula. Mata kuliah yang ada di jurusan ini sangatlah menarik dengan menggabungkan antara hard skill dan soft skill. Lingkungan kampus dan mahasiswanya sangat baik, jadi kita sangat termotivasi untuk dapat maju dan berkreativitas di dunia teknologi informasi.

Saat saya diterima di jurusan Sistem Informasi ini, sejujurnya ada ketidakyakinan dalam diri saya. Saya ragu karena saya buta informasi tentang apa yang akan saya pelajari di sini, tentang prospek jururan ini ke depan dll. Namun setelah berburu informasi dari sumber-sumber terpercaya, saya mulai sreg dengan jurusan yang saya ambil ini. Pertama kali menginjakkan kaki di gedung Sistem Informasi ITS, keraguan saya kembali muncul. Gedung yang akan saya tempati untuk belajar kurang lebih empat tahun ke depan ini sangat tidak sesuai dengan harapan saya. Apalagi setelah mendengar cerita dari teman-teman yang diterima di universitas lain, mereka menyamakan kampusnya setara dengan hotel berbintang. Namun, tidak dengan saya, kampus saya bisa dibilang standar. Mungkin ini dikarenakan banyak sekali tempat - tempat yang tidak dimanfaatkan dengan baik sehingga terkesan kumuh, kotor dan tidak terawat. Untung saja semangat berkuliah saya masih membara sehingga gedung yang tak sesuai harapan ini tidak mengurangi niat saya untuk berkuliah.

Seiring berjalannya waktu saya mulai bertemu dengan teman-teman baru. Senang sekali rasanya bertemu dengan orang-orang baru dengan karakter baru sehingga banyak cerita baru nantinya. Waktu demi waktu berjalan, kami mulai akrab apalagi dengan dilaksanakannya kegiatan pengkaderan, saya merasa beruntung bisa menjadi bagian dari mereka. Apalagi tak sedikit teman-teman saya yang datang dari luar Jawa Timur. Tak hanya teman-teman sesama mahasiswa baru, di sini kami juga belajar mengenal senior. Tak terlihat adanya kesan senioritas dan kesan semena-mena, kami diperlakukan sangat baik ibarat kakak yang membimbing adiknya. Selain itu suasana kampus Sistem Informasi ini juga sangat nyaman dan menyenangkan. Ada beberapa yang sibuk bekerja kelompok di gazebo yang memang khusus dipersiapkan untuk mahasiswa di sekitar kampus. Ada sekelompok mahasiswa yang sekedar mengobrol dan bercanda tawa sambil melepas penat melihat view SI garden. Ada pula yang sibuk dengan dunianya sendiri di dalam laptopnya, ada pula yang sibuk berdagang menjajakan jualannya ke mahasiswa lain mungkin karena efek mata kuliah yang menganjurkan kita untuk menjadi seorang enterpreneur. Entah mengapa saya sangat menyukainya suasana tersebut apalagi ditambah dengan sejuknya udara setelah hujan. Saya sangat menikmati hari - hari saya berkuliah di Sistem Informasi, menyenangkan sekali bertemu dengan orang-orang luar biasa setiap hari.

Mata kuliah jurusan Sistem Informasi ITS juga berbeda dengan jurusan Sistem Informasi di universitas lain. Ketika jurusan sistem informasi yang lain lebih menekankan pada pemrograman, di Sistem Informasi ITS akan diseimbangkan antara skill pemrograman, manajemen bisnis dan keterampilan untuk berkomunikasi. Kami tak diizinkan menjadi seorang programmer yang hanya lancar "berbicara pada komputer" saja tetapi kami juga diajarkan untuk mempunyai soft skill yang baik pula. Hal tersebut saya dapatkan dalam mata kuliah Keterampilan Interpersonal. Kuliahnya pun berbeda dengan kuliah pada umumnya, kami banyak melakukan kegiatan outdoor. Kami memainkan games-games yang secara tidak langsung menstimulasi kepercayaan diri agar terbiasa mengutarakan pendapat di hadapan orang banyak. Tidak anya itu, kita juga diajarkan bagaimana berperilaku baik di hadapan banyak orang, dilatih teknik berkomunikasi yang dapat menarik banyak orang serta mengembangkan minat dan bakat kita dalam bidang menulis. Dan pada akhirnyaa banyak sekali hal-hal baru yang saya dapatkan dan banyak sekali yang bisa saya syukuri karena dapat masuk di jurusan Sistem Informasi ITS. Sistem Informasi ITS is awesome !
Friday, December 16, 2011

Resensi Film : P.S. I Love You

"Finding someone you love and who loves you back is a wonderful, wonderful feeling. But finding a true soul mate is an even better feeling. A soul mate is one who understands you like no other, loves you like no other, will be there for you forever, no matter what. They say that nothing lasts forever, but I am a firm believer in the fact that for some, love lives on even after we're gone." 
(Cecilia Ahern, P.S. I Love You) 


Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama yang dikarang oleh Cecelia Ahern . Tokoh utama film ini dipercayakan pada peraih 2 Oscar, Hilary Swank, sebagai Holly, wanita yang ditinggal mati suami tercinta, Gerry (Gerard Butler).

Gerry yang berkebangsaan Irlandia adalah segalanya bagi Holly. Mereka bertemu saat Holly sedang ikut rombongan wisata kampus ke Irlandia. Pertemuan itu berlanjut ke pernikahan yang sangat bahagia. Sayang kebahagiaan mereka tidak seperti dongeng, yang berlangsung selamanya. Tumor otak yang diderita Gerry memisahkan mereka berdua. Kepergian Gerry menjadi hal terberat yang harus diterima Holly. Dunia Holly seakan runtuh, belahan jiwanya telah pergi. Dia mengurung diri selama berminggu-minggu, menjadi sosok perempuan lemah, penyendiri, menyesali kehidupan dan tanpa aktivitas yang berguna, tak mengurus dirinya juga apartemennya.

Sampai pada hari ulang tahunnya yang ke-30. Hari itu, ibu (Kathy Bates) dan kedua sahabatnya, Denise (Lisa Kudrow) dan Sharon (Gina Gershon) mendatangi Holly yang berada dalam keadaan menyedihkan di apartemennya yang kotor. Tak hanya ibu dan kedua sahabatnya, Gerry pun hadir. Tak lagi berwujud raga, Gerry hadir dalam bentuk tape recorder dan sebuah kue ulang tahun. Sebelum meninggal Gerry ternyata telah menyiapkan segalanya. Dari rekaman tersebut Gerry meminta Holly untuk keluar merayakan ulang tahunnya agar tidak murung terus. Gerry juga menyatakan akan menyurati Holly setiap bulannya. Surat-surat itu berisi 'tugas-tugas' dari Gerry yang harus dilakukan Holly.

Melalui surat-surat ini Gerry seperti membimbing Holly agar ia dapat lebih percaya diri dan membantunya untuk menata kembali kehidupannya. Dalam setiap akhir suratnya, Gerry selalu menyertakan: P.S I Love You. Dari sudut pandang Holly, kehadiran Gerry seperti benar-benar nyata tak hanya berwujud kata-kata. Surat-surat Gerry juga mengantarkan Holly pada petualangan bersama kedua sahabatnya. Pengalaman menyentuh, menarik, memalukan menyertai perjalanan mereka. Tak hanya itu, perjalanan tersebut juga mengantarkan Holly pada kehidupan Gerry di Irlandia. Perjalanan-perjalanan itu memberikan hikmah besar pada diri Holly. Dari sanalah Holly menemukan ulang arti tentang pernikahan, persahabatan, dan bagaimana cinta yang begitu kuat dapat mengubah kematian menjadi awal dari kehidupan yang baru. 


Film ini mampu membuat penontonnya berlinang air mata karena adegan-adegan romantis yang diperlihatkan oleh Holly dan Gerry sampai akhirnya mereka dipisahkan oleh maut. Penonton seakan-akan ikut merasakan kesedihan yang dirasakan Holly saat ditinggalkan Gerry untuk selama-lamanya. Film ini juga dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang baru kehilangan orang yang paling disayang, kita tidak boleh terus-terusan tenggelam dalam kesedihan. Kita harus tetap melanjutkan hidup kita dengan semangat baru karena memang pada akhirnya semua yang hidup pasti akan mati. Saya berikan 4 dari 5 bintang untuk film P.S. I Love You ini.

Resensi Buku : Habibie dan Ainun

Mana Mungkin Aku Setia…

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan
bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang,
sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,
hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada.
“Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.”
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta,
sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan, calon bidadari surgaku ….
(Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie dan Ainun)

Penggalan puisi di atas adalah ungkapan kehilangan yang sangat dalam dari Pak Habibie saat beliau harus merelakan sang istri, Ibu Ainun Habibie pergi menghadap Allah terlebih dahulu. Kehilangan inilah yang membuat Pak Habibie harus melewati perawatan psikologi salah satunya dengan terapi menulis yang kemudian menghasilkan sebuah buku biografi yang luar biasa berjudul Habibie dan Ainun. Sepanjang membaca buku Habibie dan Ainun ini terasa sekali kedalaman cinta dari Pak Habibie kepada istrinya. Banyak ungkapan yang selalu didengungkan beliau tentang betapa bahagia dan beruntungnya mendapatkan istri yang selalu diliputi kesabaran dan tanggung jawab.

Buku kisah cinta Habibie dan Ainun ini bercerita berbagai kisah cinta yang menarik antara Pak Habibie dan Ibu Ainun dalam rentang waktu kebersamaan mereka selama 48 tahun 10 hari hingga maut memisahkan. Dari perkenalan tanpa sengaja dengan Bu Ainun di rumah keluarga Besari hingga mereka berdua menikah. Sebagai lulusan insinyur dan bekerja sebagai asisten peneliti di Institut Konstruksi Ringan, di Jerman, maka setelah menikah mereka pun harus hijrah ke Jerman. Banyak lika-liku yang harus dijalani pasangan baru tersebut, terutama berkenaan dengan biaya hidup dan tempat tinggal yang harus dipenuhi. Dari sini sudah mulai diceritakan tentang ketegaran Bu Ainun yang kemudian akan semakin banyak dijabarkan Pak Habibie di sepanjang kisahnya.


Banyak ujian, banyak permasalahan dalam alur kehidupannya, apalagi ketika Pak Habibie dan Bu Ainun ingin mengambil pensiun namun kondisi tidak memungkinkan, karena Pak Habibie harus menerima tanggung jawab sebagai Wakil Presiden. Semua dapat dilalui dengan peran besar dari Bu Ainun yang selalu setia mendampingi dan memberikan masukan kepada sang suami.

Kisah mulai mengharukan ketika Bu Ainun menderita penyakit jantung, yang mengharuskannya menjalani operasi klep jantung. Jika dahulu Bu Ainun yang harus senantiasa mendampingi Pak Habibie dengan intensitas pekerjaannya yang tinggi, maka sekarang Pak Habibie yang terus berupaya menemani sang istri menjalani berbagai proses penyembuhan yang membutuhkan waktu hampir 10 tahun. Terasa sekali bahwa fase kehidupan inilah dan setelahnya yang banyak memeras psikologi Pak Habibie. Namun
beruntunglah Pak Habibie memiliki agama dan Tuhan yang selalu tertanam dalam jiwanya, sehingga tidak membuatnya kehilangan kendali diri saat sang istri pergi selamanya.


Buku ini sangat menyentuh bagi saya karena saya seakan-akan dapat merasakan kepedihan yang sangat mendalam ketika Pak Habibie harus tabah ditinggalkan oleh Bu Ainun setelah kurang lebih 48 tahun hidup bersama, melewati suka dan duka bersama. Buku ini dapat menjadi refleksi atau pelajaran serta inspirasi bagi kita semua, terutama bagi yang ingin belajar bagaimana menjadi suami dan istri yang baik. Buku ini juga mengajarkan saya, bahwa kita boleh mencintai seseorang namun janganlah melebihi cintamu kepada Allah. Karena semua yang kita miliki sekarang hanya bersifat sementara, semuanya akan kembali kepada Allah dan seberapapun beratnya, kita harus ikhlas dan tabah untuk melaluinya.


Wednesday, December 14, 2011

Memutar Kembali Tradisi Pernikahan Raja



Pada tanggal 16 Oktober 2011 sampai dengan 19 Oktober 2011 yang lalu, masyarakat Yogyakarta merayakan prosesi agung pernikahan putri bungsu Sultan Hamengkubowono X yang bernama Gusti Kanjeng Ratu Bendara. Tidak seperti pernikahan tiga putri Sultan sebelumnya, resepsi putri kelima Raja Keraton Yogyakarta ini sedikit berbeda karena mengulangi tradisi pernikahan zaman Sultan Hamengku Buwono VII yang memerintah pada periode tahun 1877-1920, di mana resepsi pernikahan digelar di Kepatihan, tempat tinggal Patih Danurejo yang kini sudah berubah fungsi menjadi Kompleks Kantor Gubernur Provinsi DIY.

Sesuai adat istiadat keraton, banyak sekali prosesi - prosesi sebelum pernikahan yang harus dilalui oleh kedua mempelai ini. Sebelum menikah kedua mempelai mendapat gelar dan nama baru dari Sultan. Putri Sultan yang awalnya bernama Gusti Raden Ajeng (GRAj) Nurastuti Wijareni  mendapat gelar baru GKR Bendara, sedangkan Achmad Ubaidilah mendapat gelar dan nama baru Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Yudanegara. Prosesi kedua adalah upacara Plangkahan. Plangkahan merupakan simbol kerelaan kakak yang akan dilewati adiknya yang bakal menikah terlebih dahulu. Calon pengantin putri menyerahkan uba rampe plangkahan kepada GRAj Nurabra Juwita. GRAj Nuraba Juwita adalah putri  keempat Sri Sultan Hamengkubowono X.  Setelah penyerahan yang disaksikan langsung oleh Sri Sultan HB X, GKR Pembayun selaku cepeng damel keputren (koordinator Keputren) memberikan aba-aba agar GKR Bendara melakukan prosesi ngabekten (menyembah dan meminta restu) kepada Sri Sultan HB X dan Ratu Hemas. Dalam prosesi itu, GKR Bendara atau yang akrab disapa Jeng Reni melakukan laku ndhodhok (jalan jongkok) di atas karpet bertabur bunga melati untuk mencium lutut Sri Sultan, ayahnya.

Sedangkan calon pengantin pria menjalani prosesi nyantri setelah dijemput dari Dalem Mangkubumen menuju Bangsal Ksatriyan. Prosesi nyantri bagi pengantin laki-laki ini bertujuan untuk mulai mengenal tata budaya keraton, prosesi siraman, midodareni dan  tantingan (saat Sultan menanyakan kembali kemantapan hati kedua pasangan untuk menikah). Penjemputan dilakukan KRT Jatiningrat dan KRT Yudahadiningrat. Perjalanan dari Mangkubumen menuju regol Magangan menggunakan tiga kereta. Yaitu, Kyai Kuthakaraharja yang dinaiki Jatiningrat dan Yudahadiningrat, Puspaka Manik yang digunakan pengantin pria, dan Kyai Kus Gading dinaiki keluarga pengantin laki-laki.

Prosesi utama yaitu ijab qobul dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2011 di Masjid Panepen Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ijab qabul dipimpin Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X selaku wali nikah Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara. Prosesi ijab qobul ini berjalan lancar. Meskipun berasal dari Lampung dan tidak terbiasa berbahasa Jawa, Yudanegara lancar mengucapkan ijab qabul. Prosesi ijab qabul di Masjid Panepen disaksikan abdi dalem kaji, penghulu keraton, petugas dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kraton, dan keluarga keraton. Setelah ijab qabul, prosesi pernikahan GKR Bendara dengan KPH Yudanegara akan dilanjutkan dengan ritual "panggih" pengantin di Bangsal Kencana dan kirab pengantin untuk mengenalkan pasangan pengantin kepada masyarakat Yogyakarta. Kirab pengantin ini dilaksanankan pada hari ketiga hajatan pernikahan yaitu tanggal 18 Oktober 2011. Kedua pengantin diarak dari Keraton Yogyakarta menuju Kepatihan menggunakan Kereta Kanjeng Kyai Jutayu. Kereta pengantin diiringi oleh kereta-kereta lain yang membawa kerabat serta prajurit keraton dan kereta khusus yang mengangkut para penari yang akan tampil di hadapan tamu undangan di Kepatihan.Rute perjalanan kirab ini dipenuhi ribuan warga Yogyakarta yang sangat antusias melihat dari dekat pasangan pengantin, putri Rja Keraton Yogyakarta tersebut.

Pernikahan putra Raja Keraton Yogyakarta merupakan peristiwa langka. Sebab, sesuai tradisi keraton, hanya putra dan putri raja saja yang berhak menyelenggarakan pernikahan di dalam kompleks Keraton Yogyakarta.Karena itu, momen peristiwa pernikahan putri bungsu Sultan ini diharapkan mampu menjadi magnet pariwisata di Kota Yogyakarta sekaligus sarana pelestarian adat istiadat. Tak dipungkiri, keraton hingga saat ini masih menjadi tujuan wisata favorit Kota Yogyakarta, baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.Tidak ingin melewatkan peristiwa bersejarah ini, Keraton Yogyakarta sendiri membentuk panitia inti berjumlah 100 orang untuk mempersiapkan seluruh prosesi pernikahan itu. Mereka telah mulai bekerja sejak Juli 2011 lalu.Fungsi politik Keraton Yogyakarta memang telah hilang sejak puluhan tahun lalu. Meski demikian, adat istiadat serta aura kejayaan kerajaan ini masih terasa kuat hingga sekarang. Bahkan, Sultan sendiri sampai saat ini masih dipercaya masyarakat Yogyakarta untuk menjadi Gubernur DIY. Bulan ini, Yogyakarta akan menjadi saksi perhelatan budaya. Diharapkan, peristiwa ini tidak berhenti pada kemeriahan pesta pora belaka, tetapi benar-benar menjadi momen sejarah tradisi Keraton Yogyakarta yang hidup.






Tuesday, December 13, 2011

Resensi Film : Dear John

“I finally understood what true love meant, love meant that you care for another person's happiness more than your own, no matter how painful the choices you face might be.” 
(Nicholas Sparks, Dear John) 


Diawali dari masa cuti yang diambil oleh John (Channing Tatum), ia bertemu dengan Savannah (Amanda Seyfried) dan menjadi lebih dari sekedar teman setelah Ia berhasil menolong Savannah untuk mengambil tasnya yang terjatuh ke laut. John saat itu juga sedang berusaha untuk kembali membina hubungan baik dengan ayahnya setelah bertahun-tahun keduanya saling bersikap dingin. Ayah John adalah seorang yang mempunyai hobi mengoleksi koin-koin langka, dia hanya tertarik pada satu hal dan mempunyai jadwal kegiatan yang sama setiap harinya. Masa cuti John akhirnya berakhir, baik John maupun Savannah harus kembali ke kehidupannya masing-masing. Savannah harus kembali ke kampus dan John harus kembali bertugas sebagai seorang tentara. Namun sebelum meninggalkan Savannah, John berjanji akan kembali dan menikahinya setelah tugasnya selesai.

John kembali mengambil cuti untuk menemui Savannah, mereka menghabiskan waktu seperti dulu di North Carolina, tapi kali ini John juga menjelaskan kepada Savannah tentang tugasnya yang diperpanjang. Savannah kecewa, tapi dia mengerti, pada akhirnya mereka berjanji untuk tetap saling berkomunikasi melalui surat. Setelah bertahun-tahun berpisah, dan ratusan surat yang mereka tulis, akhirnya Savannah menulis surat perpisahan kepada John. John kecewa dan memutuskan untuk terus menambah masa tugasnya sampai waktu yang tidak ditentukan.

Mendapat kabar ayahnya terserang penyakit jantung, membuat John terpaksa kembali ke North Carolina. Menemani sang ayah pada saat-saat terakhir, membuat ia sadar bahwa sang ayah sebenarnya sangat mencintainya. Setelah kematian ayahnya, John bertemu kembali dengan Savannah yang ternyata telah menikah dengan Tim, teman Savannah yang selama ini dikenal John. Begitu terkejut, karena John tidak pernah menyangka ternyata Tim juga menyimpan perasaan kepada Savannah. Setelah kekecewaannya, John menyadari bahwa apa yang dilakukan Savannah tidak lebih untuk membantu Tim yang terserang penyakit, Tim membutuhkan seseorang untuk membantunya merawat Alan, anak Tim yang seorang Autis. John bertemu Tim, dalam percapakan mereka Tim memintanya untuk menikahi Savannah dan membahagiakannya, setelah Tim meninggal. Menyadari bahwa Tim sangat baik dan, maka John memutuskan untuk membantu pengobatan Tim dengan menjual koleksi koin-koin milik ayahnya, tanpa sepengetahuan Savannah maupun Tim. Pengobatan Tim berhasil dan John merasa sangat bersyukur. Ia kembali bertugas sebagai tentara dan membiarkan Tim dan Savannah hidup bahagia.

Film ini merupakan film yang sangat direkomendasikan untuk anda para penikmat film drama percintaan. Dear John ini menyajikan cerita percintaan yang dapat menguras air mata, anda juga akan dibuat tersipu malu dengan adegan romantis yang diperagakan John dan Savannah. Saya suka dengan ceritanya yang cenderung sederhana dan mengandung pesan terselubung di film ini. Lewat film ini saya belajar banyak tentang bagaimana menghadapi orang-orang autis, kita harus memperlakukannya sama dengan orang normal lain karena pada dasarnya mereka juga mempunyai perasaan dan emosi seperti orang normal lainnya. Film ini saya beri rating 3 dari 5 bintang karena ceritanya yang ringan, romantis dan mempunyai pesan moral yang bagus. 
 

Blog Template by BloggerCandy.com