Sunday, November 27, 2011

Ketika Rasa Nasionalismeku Tergadaikan

SEA Games XXVI memang telah usai. Rakyat Indonesia pasti sangat bangga dan puas terhadap prestasi  atlet-atlet Indonesia yang berlaga mengharumkan nama bangsa. Mereka telah mengantarkan Indonesia sebagai juara umum SEA Games dengan perolehan medali terbanyak yaitu 182 medali emas, 151 medali perak dan 143 medali perunggu. Prestasi yang sangat memuaskan ini merupakan buah dari hasil kerja keras para atlet-atlet Indonesia untuk mempersiapkan diri menghadapi  SEA Games yang digelar di kota Palembang dan Jakarta ini.

Ratusan siswa di Palembang menggunakan atribut negara lain
Ketika rasa nasionalisme sangat dirasakan rakyat Indonesia untuk mendukung para atlet yang berlaga ternyata ada fenomena kontras yang terjadi. Ratusan siswa yang mengenakan seragam SMP, SD atau SMA di kota Palembang bergantian setiap hari mengenakan atribut negara lain dan meneriakkan semangat kepada atlet-atlet negara lain yang sedang berlaga agar dapat menjadi pemenang. Ketika teriakan Indonesia menggema di seluruh penjuru stadion, siswa - siswa SD atau SMP itu dipaksa oleh guru-gurunya untuk mendukung tim negara lain dengan iming-iming uang saku sebesar Rp 20.000,- dan atribut gratis dari negara yang bersangkutan. Ketika rakyat Indonesia menyisihkan waktu di tengah kesibukannya untuk sekedar menyalakan televisi mendukung para punggawa Indonesia berlaga, siswa-siswa SMP atau SD itu harus rela dipotong jam pelajarannya untuk hilir mudik mendukung tim negara lain yang sudah "memesan" ke pihak sekolah. 

Tragis memang mengetahui kenyataan bahwa pihak sekolah mau dibayar hanya untuk medukung tim negara lain dengan dalih untuk meramaikan ajang SEA Games 2011 ini. Bukankah seharusnya  tugas sekolah dan guru adalah membangkitkan rasa nasionalisme kepada para siswa untuk mendukung tim Indonesia bertanding? . Bukankah seharusnya para guru mementingkan kepentingan bangsa daripada dengan mementingkan sejumlah uang?. Apabila memang alasan utama adalah untuk berpartisipasi meramaikan gelaran pesta olahraga terbesar se-Asia Tenggara ini, mengapa harus memotong jam belajar mengajar di sekolah, bukankah mereka bisa mendukung tim-tim negara lain setelah proses KBM berakhir ?


Menurut saya, meramaikan ajang SEA Games tidak harus dengan jalan menyewa para siswa-siswa dengan masih menggunakan seragam sekolah untuk mendukung negara lain yang bertanding.  Meramaikan perhelatan SEA Games tidak selalu dengan menggadaikan rasa nasionalisme, datang dan mendukung atlet-atlet Indonesia sendiri merupakan sebuah kontribusi untuk memeriahkan acara tersebut. Saya rasa para atlet profesional pun sudah terbiasa untuk bertanding di negara orang dengan jumlah pendukung yang sedikit, sehingga alasan menyewa para siswa untuk mendukung tim negara lain agar tim tersebut semangat tidak bisa diterima. Terlebih lagi, hal seperti ini mengajarkan kepada mereka sebagai generasi muda bahwa segala sesuatu bisa dibeli dengan uang, bahkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air pun dapat dibeli dengan uang.


Banyak pihak yang berpendapat bahwa masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan karena mendukung tim negara lain yang bertanding tidak akan serta merta menghilangkan rasa nasionalisme pada diri siswa. Banyak pihak pula yang berpendapat hal ini merupakan bentuk usaha Indonesia sebagai tuan rumah SEA Games untuk memberikan pelayanan terbaik pada negara-negara peserta SEA Games. Semoga hal ini bisa menjadi bahan evaluasi untuk event-event besar Indonesia lainnya. Banyak cara yang bisa ditempuh untuk memeriahkan acara-acara besar tanpa harus "menggadaikan" harga diri bangsa.

2 comments:

Hendra "Hippo" Prayogo said...

wah kok gini ya? miris...

terry safiria ramadhani said...

iya nih miris banget, sebenernya banyak cara loh buat meramaikan sea games dan bukan dengan cara kayak gini

Post a Comment

 

Blog Template by BloggerCandy.com